Bakul Sayur yang jadi Komandan Provost


Mbak Bakul Sayur Ini Kini Menjadi Polwan Komandan Provost
Kedisiplinan dan tekad yang kuat merupakan bekal kuat untuk menggapai cita-cita. Begitulah Eny Suprapti (37 tahun) meniti kariernya dari bawah sebagai polisi wanita.

Eny, ibu dua anak ini kini menjabat posisi penting di Polsek Pedurungan, yakni sebagai Kepala Unit (Kanit) Provost dengan pangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu). Eny pun menceritakan bagaimana awal ia menempuh studi di Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara (SPN) hingga akhirnya bisa menjadi perwira berpangkat balok dua ini.

Cita-cita menjadi polwan telah ada di benaknya sejak kelas 2 SD dimana saat membonceng motor ayahnya ia ditunjukkan oleh sang ayah, "Itu lho yang namanya Polwan", ujar sang ayah ketika itu. Sejak itu ia mulai tertarik menjadi Polwan.

Karena berasal dari keluarga yang kurang mampu, Eny pun sadar cita-citanya itu tidak mudah untuk diraih. Sedari SMP, Eny telah ikut bekerja keras membantu perekonomian orangtuanya. Tujuannya agar beban orangtuanya bisa ringan, dan berharap cita-citanya nanti didukung oleh kedua orangtua dengan berjualan jagung rebus keliling di Perumahan Plamongan Indah.

Bahkan pernah Eny terjebak hingga malam hari di kompleks perumahan itu lantaran hujan deras. Dia hanya berteduh di emperan rumah orang tanpa masuk ke dalam rumah.

Iptu Eny Suprapti
Iptu Eny saat memeriksa kendaraan bermotor saat operasi antisipasi terorisme di halaman Mapolsek Pedurungan, Selasa malam, 7 Januari 2014
Berjualan jagung rebus itu digeluti Eny hingga tamat SMP. Beranjak ke bangku SMA, ia pun menggeluti pekerjaan baru, yaitu berjualan sayur di Pasar Peterongan. Pekerjaan itu dilakukan Eny setiap hari tanpa meninggalkan bangku sekolah. Setiap jam dinding menunjuk pukul 01.00, dia sudah mempersiapkan sepeda ontel lengkap beserta keranjang di sisi kiri dan kanan belakang sepeda yang sudah berisi penuh sayuran.

Ketika sudah siap, dia pun mengayuh sepeda ontel dari rumah orangtuanya di Mranggen, Demak, menuju ke Pasar Peterongan, Semarang.

Untuk mendukung cita-citanya selepas SMA, ia mulai melatih diri dan berlatih taekwondo. Ia pun bisa meraih sabuk (ban) merah.

Setelah tamat SMA, Eny mulai menuturkan niatannya untuk mendaftar menjadi anggota polwan kepada orangtuanya. Lantaran kondisi keluarga yang terbilang kurang mampu, terang saja ayah dan ibunya hanya bisa mendukung seraya mendoakan niat anaknya ini.

Berbekal niat kuat, fisik, dan kedisiplinan, Eny pun kemudian mendaftar menjadi anggota polwan pada 1996-1997. Namun ketika seleksi akhir di Jakarta, Eny dinyatakan tidak lolos.

Itu tidak membuatnya kecewa. Entah kebetulan atau tidak, Eny seolah mendapat wangsit di malam sebelum pengumuman kelulusan. "Jadi saya mimpi ada perwira polwan mengajak saya jalan-jalan di SPN. Lalu dia bilang kalau saya tahun ini tidak lolos, namun tahun depan insya Allah saya lolos.

Di tahun angkatan 1997-1998, benar saja Eny dinyatakan lolos menjadi anggota polwan berpangkat Bripda. Berselang beberapa tahun kemudian, Eny pun melanjutkan jenjang pendidikannya ke strata satu. Tahun 2008 Eny dinyatakan lulus seleksi Sekolah Calon Perwira (Secapa).

"Lakukan yang terbaik semampumu, selebihnya, berdoa, dan biarkan Tuhan yang menentukan," ujar Eny yang amat disegani oleh anak buahnya ini.
(Tribun)
 

No comments:

Post a Comment