Museum
Affandi terletak di Jl. Laksdya Adisucipto 167 Yogyakarta, tepat di
pinggir Sungai Gajah Wong. Letaknya sangat startegis. Kompleks museum
yang desain atapnya seperti pelepah daun pisang ini menempati lahan
seluas 3.500 meter persegi.
Di museum ini tersimpan lebih dari 300 item koleksi lukisan milik
pelukis legendaris ini. Dan itu belum termasuk koleksi karya seni milik
kedua istri dan anak-anaknya. Di museum ini juga tersimpan banyak piagam
dan medali perhargaan dari dalam dan luar negeri.
Salah satu koleksi museum yang menarik dan amat mencolok adalah sebuah Mobil Mitsubishi Gallant tahun 1976 yang merupakan mobil kesayangan Affandi. Oleh Affandi, mobil tersebut dimodifikasi sehingga menyerupai bentuk ikan. Asal tahu saja, mesin mobil tersebut powernya sama dengan mesin mobil yang digunakan para pembalap rally pada masa itu.
Affandi sebelum wafat pernah mewasiatkan agar ketika dirinya meninggal, dimakamkan diantara 2 bngunan yaitu Galeri I dan Galeri II berdampingan dengan istri pertamanya, Maryati di kelilingi lukisan hasil karyanya dan rimbunan tanaman. Sebuah tempat peristirahatan yang tenang. Affandi wafat pada 23 Mei 1990.
Banyak cerita menarik mengenai kehidupan Affandi. Ia banyak bersahabat dengan para pelukis dan seniman hebat. Namun ia sedikit berseteru dengan Basuki Abdullah terkait citarasa seni. Perseteruan tersebut didamaikan oeh Ir. Ciputra di Ancol dalam acara temu seniman.
Dalam buku biografinya yang di pamerkan di Kafe Loteng (bekas rumah panggung tempat tinggal Affandi), Affandi yang pernah menjabat sebagai anggota parlemen ini bersahabat dekat dengan penyair Chairil Anwar semasa muda. Mereka sering melalukan kenakalan-kenakalan bersama.
Suatu saat Chairil Anwar yang sering menumpang di rumah Affandi di Jalan Jawa, Jakarta, bermain dengan pelacur di daerah Senen, Jakarta Pusat. Setelah "bermain", Chairil yang ternyata lupa membawa uang langsung menyodorkan amplop yang bertuliskan alamat rumah Affandi. "Mbak, besok pagi agar mengambil uangnya di alamat ini", demikian kata Chairil.
Esoknya, sang pelacur benar-benar ke rumah Affandi pagi-pagi sekali dan diterima oleh istri Affandi, Maryati. Sang pelacur tersebut berkata, "Semalam Bapak "memakai" saya. Dan saya disuruh menagmbil bayaran saya di alamat ini". Karuan saja Maryati marah dan menuduh suaminya telah bermain gila padahal sepanjang malam Maryati tahu bahwa suaminya tidur di sampingnya.
Pada saat kritis tersebut datanglah Chairil Anwar yang lantas menjelaskan secara panjang lebar serta langsung membayar "tagihan" tersebut dan terselamatkanlah rumah tangga Affandi. Mungkin kisah inilah yang membuat sang penyair membuat salah satu puisi legendarisnya yang berjudul "Aku" yang salah satu petikannya berbunyi, "..aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang".
Salah satu koleksi lukisan dalam Museum ini pernah dicoba dibeli senilai Rp 30 milyar secara cash oleh seorang kolektor luar negeri yang mengunjungi museum, namun ditolak oleh keluarga Affandi karena lukisan-lukisan tersebut merupakan warisan tak ternilai bagi Indonesia. Luar biasa.
(istimewa, Museum Affandi, Biografi Affandi)
Rumah Affandi yang kolongnya dijadikan kafe. Dulu kolong rumah ini merupakan garasi mobilnya
Lukisan "Self Portrait" atau potret diri (1938), dibuat dengan pastel dengan media kertas berukuran 63 x 45 cm
Me and Kartika (1938), potret diri
Affandi dan putrinya, Kartika. Dilukis dengan menggunakan cat minyak
dengan media kanvas berukuran 33 x 30 cm
Line up for Rice in Jakarta (1948), antri beras di Jakarta. Sketsa ini dibuat dengan menggunakan tinta china di atas kertas
Nude (my wife Maryati) yang dibuat Affandi pada tahun 1940 dengan cat minyak pada kanvas berukuran 100 x 64 cm
Salah satu koleksi museum yang menarik dan amat mencolok adalah sebuah Mobil Mitsubishi Gallant tahun 1976 yang merupakan mobil kesayangan Affandi. Oleh Affandi, mobil tersebut dimodifikasi sehingga menyerupai bentuk ikan. Asal tahu saja, mesin mobil tersebut powernya sama dengan mesin mobil yang digunakan para pembalap rally pada masa itu.
Mobil kesayangan Affandi: Mitsubishi Gallant 1976 yang telah dimodifikasi
Affandi sebelum wafat pernah mewasiatkan agar ketika dirinya meninggal, dimakamkan diantara 2 bngunan yaitu Galeri I dan Galeri II berdampingan dengan istri pertamanya, Maryati di kelilingi lukisan hasil karyanya dan rimbunan tanaman. Sebuah tempat peristirahatan yang tenang. Affandi wafat pada 23 Mei 1990.
Sesuai wasiat: Makam Affandi berdampingan
bersama istrinya, Maryati. Terletak diantara Galeri I dan Galeri II
dibawah pohon rindang dan dikelilingi karyanya.
Banyak cerita menarik mengenai kehidupan Affandi. Ia banyak bersahabat dengan para pelukis dan seniman hebat. Namun ia sedikit berseteru dengan Basuki Abdullah terkait citarasa seni. Perseteruan tersebut didamaikan oeh Ir. Ciputra di Ancol dalam acara temu seniman.
Pertemuan "perdamaian" di Ancol yang
digagas Ir. Ciputra (kedua dari kiri). Tampak dari kiri ke kanan: Tino
Sidin, Ir. Ciputra, Affandi, Sudjojono dan Basuki Abdullah
Dalam buku biografinya yang di pamerkan di Kafe Loteng (bekas rumah panggung tempat tinggal Affandi), Affandi yang pernah menjabat sebagai anggota parlemen ini bersahabat dekat dengan penyair Chairil Anwar semasa muda. Mereka sering melalukan kenakalan-kenakalan bersama.
Suatu saat Chairil Anwar yang sering menumpang di rumah Affandi di Jalan Jawa, Jakarta, bermain dengan pelacur di daerah Senen, Jakarta Pusat. Setelah "bermain", Chairil yang ternyata lupa membawa uang langsung menyodorkan amplop yang bertuliskan alamat rumah Affandi. "Mbak, besok pagi agar mengambil uangnya di alamat ini", demikian kata Chairil.
Affandi merupakan pecandu berat tembakau.
Ia tak bisa lepas dari cangklongnya. Tembakaunya pun bukan sembarangan
karena semuanya merk luar negeri
Esoknya, sang pelacur benar-benar ke rumah Affandi pagi-pagi sekali dan diterima oleh istri Affandi, Maryati. Sang pelacur tersebut berkata, "Semalam Bapak "memakai" saya. Dan saya disuruh menagmbil bayaran saya di alamat ini". Karuan saja Maryati marah dan menuduh suaminya telah bermain gila padahal sepanjang malam Maryati tahu bahwa suaminya tidur di sampingnya.
Pada saat kritis tersebut datanglah Chairil Anwar yang lantas menjelaskan secara panjang lebar serta langsung membayar "tagihan" tersebut dan terselamatkanlah rumah tangga Affandi. Mungkin kisah inilah yang membuat sang penyair membuat salah satu puisi legendarisnya yang berjudul "Aku" yang salah satu petikannya berbunyi, "..aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang".
Salah satu koleksi lukisan dalam Museum ini pernah dicoba dibeli senilai Rp 30 milyar secara cash oleh seorang kolektor luar negeri yang mengunjungi museum, namun ditolak oleh keluarga Affandi karena lukisan-lukisan tersebut merupakan warisan tak ternilai bagi Indonesia. Luar biasa.
(istimewa, Museum Affandi, Biografi Affandi)
No comments:
Post a Comment